SERBA EMPAT
SERBA EMPAT
Oleh: Ahmad Yani
Judul :
4 Poin Dalam 52 Khutbah Jumat
Penulis : Drs. H. Ahmad Yani
Tebal : 374 Halaman
Ukuran : 14 x 21 Cm
Harga : Rp 125.000 + ongkir
Penerbit : Khairu Ummah (WA 0812-9021-953)
Tahun 2020 dunia dilanda wabah Corona atau Covid-19, termasuk di negeri kita Indonesia.
Dampaknya bukan hanya banyak yang sakit dan meninggal dunia, ekonomi yang
anjlok, tapi juga pendidikan, renggangnya hubungan sosial, hingga peribadatan dan dakwah. Masyarakat
dianjurkan untuk berada di rumah saja.
Bagi penulis, saat DRS (Di Rumah
Saja) harus tetap produktif. Alhamdulillah, dalam waktu satu bulan pertama buku 2 POIN DALAM 52 KHUTBAH JUMAT berhasil disusun dan diterbitkan. Buku ini sudah tersebar dari Aceh
sampai Papua. Setelah buku ini, disusun lagi buku khutbah berikutnya dengan judul
4 POIN DALAM 52 KHUTBAH JUMAT. Buku ini pun sudah terbit, para dai dari
berbagai daerah sudah bisa memanfaatkannya. Saya suka mengatakan: “Bisa khutbah
dan Ceramah itu seperti pistol, tapi menguasai materi yang banyak dan
bervariasi adalah pelurunya.” Buku ini merupakan “peluru” tambahan untuk para
dai.
4 Poin Dalam 52 Khutbah Jumat
menjadi judul buku ini karena memang setiap pembahasan khutbah mengulas empat poin saja, jadi serba empat, baik dari Al Quran, Hadits maupun
pendapat sahabat Nabi Muhammasd saw. Pembahasan seperti ini membuat materi
khutbah menjadi ringkas, padat, sistematis, mudah dipahami dan mudah pula
disampaikan lagi. Daftar isinya antara lain:
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Empat Amal Yang Dicintai Allah 1 (ok)
2. Empat Amal Yang Dicintai Allah 2 (ok)
3. Empat Manfaat Musyawarah (ok)
4. Empat Akibat Sesat (ok)
5. Empat Bentuk Hijrah (ok)
6. Empat Sunnah Para Nabi (ok)
7. Empat Tujuan Al Quran (ok)
8. Empat Fungsi Al Quran (ok)
9. Empat Resep Komitmen Kepada Al Quran
(OK)
10. Empat Tuduhan Kepada Al Quran (ok)
11. Empat Macam Saksi (ok)
12. Empat Komitmen Muslim (ok)
13. Empat Sifat Pemimpin Sejati (ok)
14. Empat Amal Atas Orangtua Yang Wafat (ok)
15. Empat Amal Yang Amat Buruk (1)
16. Empat Amal Yang Amat Buruk (2)
17. Empat Amal Yang Amat Buruk (3)
18. Empat Kriteria Kesejahteraan Masyarakat
(ok)
19. Empat Tanda Setia Pada Orang Kafir (ok)
20. Empat Ciri Orang Shaleh (ok)
21. Empat Hal Mumpung Masih Muda (ok)
22. Empat Fungsi Rumah (ok)
23. Empat Syiar Allah swt. (ok)
24. Empat Wujud Surga Dunia (ok)
25. Empat Keutamaan Subuh Berjamaah (ok)
26. Empat Permintaan Dalam Doa (ok)
27. Empat Keinginan Syaitan (ok)
28. Empat Adab Sedekah (ok)
29. Empat Arahan Interaksi Sosial (ok)
30. Empat Kesadaran Terhadap Allah swt (ok)
31. Empat Arahan Kebaikan Hidup (ok)
32. Empat Cara Menjadikan Masjid Sepertri
Rumah Sendiri (ok)
33. Empat Sikap Menjajah Negeri Sendiri (ok)
34. Empat Istilah Dosa (ok)
35. Empat Akhlak Muslim (ok)
36. Empat Bahaya Narkoba (ok)
37. Empat Tarbiyyah Ramadhan (ok)
38. Empat Kedudukan Harta (ok)
39. Empat Perintah Allah swt (ok)
40. Empat Ketaatan Yang Benar (ok)
41. Empat Ketaatan Yang Salah 1 (ok)
42. Empat Ketaatan Yang Salah 2 (ok)
43. Empat Komitmen Yang Harus Dikuatkan (ok)
44. Empat Syarat Taubat (ok)
45. Empat Cahaya Penyempurna (ok)
46. Empat Ciri Cinta Dunia (ok)
47. Empat Bukti Mabrur (OK)
48. Empat Hikmah Haji dan Qurban (ok)
49. Empat Harapan Nabi Ibrahim (ok)
50. Empat Pelajaran Haji dan Qurban (ok)
51. Empat Bentuk Menguasai Diri (ok)
52. Empat Sikap Muslim (ok)
L1. CONTOH
MUQADDIMAH KHUTBAH PERTAMA
L2. CONTOH
KHUTBAH KEDUA 1
L3. CONTOH KHUTBAH
KEDUA 2
L4. CONTOH DOA
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang buku ini, berikut salah satu contoh khutbah yang ada di dalamnya.
EMPAT CIRI CINTA DUNIA
Saudaraku Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dunia tempat kita hidup dan mengabdi kepada Allah swt
pada dasarnya bukanlah untuk dibenci. Kita dibolehkan menikmati apa yang ada di
dunia ini bila memang halal dan dengan cara-cara yang dibenarkan. Bila tidak,
maka kitapun termasuk orang yang terlalu cinta pada dunia. Dalam kehidupan
sekarang, salah satu yang amat kita inginkan adalah terwujudnya kekuatan umat
sehingga menjadi umat yang disegani dan berpengaruh besar. Namun kenyataan
menunjukkan bahwa kaum muslimin masih berada dalam kondisi lemah, bahkan
cenderung tidak berdaya dalam menghadapi kekuatan lain. Kelemahan itu
sebenarnya bukan karena pihak lain memiliki kekuatan yang besar, tapi lebih
kepada persoalan internal umat Islam itu sendiri. Dalam suatu hadits
diterangkan sebagai berikut:
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى
قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ
يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ
مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ
الْوَهَنَ. فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا
وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain
sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya:
“Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulallah?”. Beliau menjawab: “Tidak,
bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan
kalian ditimpa penyakit wahn”. Mereka bertanya lagi: “apakah penyakit wahn itu
ya Rasulallah?”. Beliau menjawab: “Terlalu cinta duania dan takut mati.” (HR.
Abu Daud dari Tsauban).
Karena hal ini merupakan sesuatu yang amat membahayakan,
maka terasa perlu bagi kita untuk mengetahui apakah kita ini termasuk orang
yang cinta dunia atau tidak. Ada empat faktor yang disebutkan oleh Allah swt
yang apabila ada pada diri kita, maka kita termasuk orang-orang yang terlalu
cinta dunia.
Pertama, menghalalkan
segala cara dalam mencari rizki. Islam merupakan agama yang amat menekankan
kepada umatnya untuk mencari rizki guna memenuhi segala kebutuhannya dalam hidup
ini, karena itu, usaha dengan bekerja sendiri merupakan sesuatu yang amat
mulia, sedangkan mengemis merupakan sesuatu yang hina. Meskipun demikian, usaha
dengan berbagai cara harus dilakukan dengan cara-cara yang halal, bukan
menghalalkan segala cara, apalagi dengan memperalat hukum untuk menghalalkan
sesuatu yang sebenarnya tidak halal, bila itu yang dilakukan, maka itu berarti
kita orang yang terlalu cinta pada dunia dengan mengabaikan kepentingan
ukhrawi, Allah swt berfirman:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى
الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإثْمِ وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain diantara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah
[2]:188).
Oleh karena itu, kita sangat dituntut untuk tidak lupa
kepada Allah dalam arti melanggar ketentuan-ketentuan-Nya dalam upaya
memperoleh harta, sedangkan bila sudah mendapatkannya, kitapun tidak lupa
kepada Allah swt sehingga dapat menggunakan harta itu dengan sebaik-baiknya dan
mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqahnya, bila tidak demikian, itu berarti
terlalu cinta pada dunia, Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ
عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS Al Munafiqun [63]:9).
Sidang Jumat Yang Berbahagia.
Kedua, yang merupakan ciri
terlalu cinta dunia adalah tamak atau rakus terhadap harta pada diri kita.
Sebenarnya memiliki harta dalam jumlah yang banyak tidaklah masalah selama
harta itu diperoleh secara halal dan dipergunakan secara baik sebagaimana
ketentuan Allah swt. Namun kalau menghalalkan segala cara itu tidak dibenarkan
karena itulah yang disebut dengan rakus. Allah swt berfirman:
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ. وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا
لَمًّا. وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan
harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang haq dan bathil), dan kamu
mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS. Al Fajr
[89]:18-20).
Kerakusan terhadap harta membuat seseorang tidak pernah
merasa puas dan tidak bersyukur atas harta yang sudah diperolehnya meskipun
harta itu jumlahnya banyak, apalagi kalau harta yang diperolehnya masih
sedikit. Disamping itu, ekses lain dari rasa tamak terhadap harta adalah iri
hati terhadap apa yang dicapai oleh orang lain sehingga dia menjadi tidak suka
terhadap kepemilikan harta atau kemajuan yang dicapai orang lain dan ini akan
mengarah kepada permusuhan yang tidak dibenarkan. Oleh karena itu, bersyukur
merupakan sesuatu yang amat penting agar kita tidak termasuk orang yang terlalu
cinta pada dunia ini.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Ketiga, yang merupakan
ciri terlalu cinta dunia adalah sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan
akhirat. Dunia disebut dengan dunia karena berasal dari kata danaa yang artinya
dekat, itu berarti urusan dunia adalah urusan yang kenikmatannya hanya bisa
dirasakan di dunia ini saja. Orang yang sibuk dengan urusan dunia berarti orang
yang sibuk dengan urusan-urusan yang kenikmatannya hanya bisa diraskan di dunia
ini saja, bahkan bisa jadi malah bertentangan dengan usaha pencapaian
kenikmatan yang bersifat ukhrawi, bila itu yang terjadi, maka seseorang berarti
telah begitu cinta pada kehidupan duniawinya.
Dunia dengan akhirat sebenarnya bukan sesuatu yang harus
kita pilah-pilah, karena apa yang kita lakukan di dunia ini sebenarnya bisa
kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan akhirat kelak, sedangkan kebahagiaan
akhirat yang menjadi tujuan kita harus kita gapai dari kehidupan kita di dunia
ini. Namun terkadang kita temukan begitu banyak orang yang memilahnya sehingga
banyak manusia yang hanya begitu sibuk untuk hal-hal yang bersifat duniawi
seperti bermegah-megahan dan mencari kekayaan yang banyak hingga melalaikan
dirinya dari makna dan hakikat hidup yang sebenar-benarnya, hal ini merupakan
sesuatu yang harus kita waspadai, Allah berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ.حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ.
ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. (QS At Takatsur [102]:1-4).
Sidang Jumat Yang Berbahagia.
Keempat, yang merupakan
ciri orang yang terlalu cinta dunia adalah tidak memiliki pendirian yang kuat
dalam menyikapi kebenaran. Padahal, kebenaran yang datang dari Allah bukan
hanya harus dilaksanakan secara pribadi, tapi juga harus ditegakkan dalam
kehidupan masyarakat. Untuk itu diperlukan pendirian yang kuat dalam memegang
prinsip-prinsip kebenaran. Bagi orang yang terlalu cinta dunia nampaknya sangat
sulit untuk memiliki pendirian yang kuat dalam menyikapi kebenaran, karena bila
ternyata malah merugikan duniawinya, diapun tidak segan-segan mengabaikan nilai-nilai
kebenaran. Tegasnya, orang yang terlalu cinta pada dunia tidak mau menanggung
resiko sebagai akibat dari berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, Allah
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيْعًا.
الَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا
أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ
عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيْلًا
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di
dalam jahannam, (yaitu) orang-orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi
pada dirimu (hai orang beriman). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah
mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?”. Dan jika
orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah
kami turut memenangkamu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah
akan memberi keputusan diantara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
beriman”. (QS An Nisa [4]:140-141).
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa kehidupan dunia
ini merupakan salah satu fase atau rangkaian dari perjalanan hidup kita yang
sesungguhnya, yakni kehidupan akhirat yang bahagia, karenanya kehidupan dan
kenikmatan dunia ini dalam kendali tangan kita, bukan malah kita dikuasai
dunia.
Demikian khutbah kita yang singkat hari ini, semoga
bermanfaat bagi kita bersama, amin.