Kaum muslimin di Uganda berkembang dengan baik.
Namun perkembangan kualitas manusia muslim di negeri berjuluk “Mutiara Afrika”
tersebut tak sebanding dengan perkembangan kuantitasnya. Pendidikan yang rendah
menyebabkan peran muslim di negara kawasan Afrika Timur tersebut kurang
terlihat.
Uganda memiliki populasi Muslim sekitar 30 persen
dari populasi keseluruhan. Itu artinya, populasi Muslim mencapai 10 juta orang
dari penduduk Uganda yang sekitar 25.632.794 jiwa. Salah satu pusat kegiatan
umat Islam adalah Masjid Kibuli, yang berada di pusat ibukota Uganda, Kampala.
Luas wilayah Uganda 236.040 km2, terletak di
Afrika Timur, beriklim tropis, sedikit kering, berbatasan dengan banyak negara,
antara lain: Sudan, Kenya, Rwanda, Burundi, Tanzania dan Democratic Republic of
Congo. Negara ini mempunyai banyak tempat untuk bersafari dan mempunyai pemandangan
yang indah seperti air terjun Bujagali (Bujagalii Falls).
Penduduknya terbagi dalam 4 (empat) etnik besar,
dan yang terbesar adalah suku Baganda atau Buganda, berasal dari ras Bantu.
Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 2,96% per-tahun, angka kelahiran 46,57 dan
angka kematian 16,95 per-seribu. Bahasa nasional mereka adalah bahasa Inggris,
sedagkan bahasa lokal yang dipergunakan adalah Ganda atau Luganda, Swahili dan
Arab.
Ekonomi
Uganda termasuk dalam kategori negara miskin di
dunia. Perekonomian mereka sangat tergantung pada sektor pertanian, yang
menyerap angkatan kerja sebanyak 82% (13% jasa dan 5% Iindustri). Pada tahun
1986 diadakan berbagai reformasi ekonomi, antara lain reformasi mata uang,
meningkatkan produk-produk minyak, dan menaikkan gaji pegawai sipil. Angka
pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5%, dengan inflasi rata-rata 0,1%. Pendapatan
per-kapita US $ 1.200,-. Produk-produk pertaniannya berkisar pada kopi, teh,
kapas, tembakau, tapioca, sayuran, biri-biri, domba, susu dan bunga potong.
Perkembangan Muslim Uganda
Islam masuk ke Uganda sekitar medio 1844.
Pedagang muslim dari Oman menjadi kelompok muslim pertama yang masuk melalui
pantai timur Afrika.
Rektor Universitas Islam Uganda, Ahmad Kawesa
Sengendo, menuturkan rentang waktu dakwah para pedagang sangat singkat. Namun
mereka menunjukan bagaimana Islam dan muslim dengan sempurna. Metoda dakwah
yang efektif berimbas pada banyaknya warga lokal masuk Islam.
Dibanding jumlah muslim di negara-negara Arab
seperti Libya dan lainnya, muslim Uganda lebih besar.
"Yang disayangkan, jumlah umat Islam itu
selalu saja digambarkan lebih sedikit. Saya ingat betul pada sensus 1959,
dikatakan jumlah muslim hanya sepuluh persen. Padahal, angka kelahiran keluarga
muslim sangat tinggi," kata dia.
Namun, kata Ahmed, ada masalah krusial lain yang
perlu dipikirkan yakni kualitas sumber daya manusia begitu rendah. Itu
sebabnya, peranan muslim di Uganda nyaris tak terlihat.
Dibayangi Perpecahan
Selain kualitas SDM muslim yang rendah, kaum
muslim Uganda juga dilanda perpecahan. Media di awal tahun 2015 ini
melansir sejumlah berita konflik antar kelompok muslim di Uganda yang berakhir
pada pembunuhan.
Ahmed berpendapat salah satu solusi mengatasi
konflik antarmuslim di Uganda adalah pendidikan.
"Penting untuk memberdayakan Muslim Afrika
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Melalui pendidikan itu, mereka
bisa menyumbang satu usaha untuk memperbaiki citra Islam," kata dia.
Di Uganda, masih kata Ahmed, telah ada upaya
untuk pemberdayaan muslim. Lagi-lagi, usaha itu harus terhenti karena
perpecahan. Oleh karenanya, menurut Ahmed, umat Islam di Uganda memiliki
pekerjaan berat yakni mengakhiri konflik antarsaudara sesama muslim..
Tidak ada komentar: